|
Istilah kelamin ganda sering rancu dikalangan masyarakat medis
maupun umum. Masyarakat umum sering berependapat sama dengan banci atau
sama dengan laki-laki yang seperti perempuan. Dalam dunia medis
kelamin ganda sebenarnya disebut dengan ambiguous genitalia yang artinya alat kelamin meragukan, namun belakangan ini para ahli endokrin menggunakan istilah Disorders of Sexual Development (DSD).
Pada DSD tidak membahas transexual atau transgender
yaitu individu dengan gangguan psikologis laki-laki yang seperti wanita
atau wanita seperti laki-laki dengan tanpa disertai kelainan fisik/
alat kelamin (genital). Transeksual inilah yang dimasyarakat sering
dianggap banci atau homoseks. Pembahasan pada kelamin ganda adalah
penderita interseksual yaitu suatu kelainan di mana penderita memiliki
ciri-ciri genetik, anatomik dan atau fisiologik meragukan antara pria
dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi, mulai dari
tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang terbanyak
berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini adalah
benar-benar sakit secara fisik (genitalnya) yang berpengaruh ke
kondisi psikologisnya. Penderita interseks sering disertai dengan
hipospadia, yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing bagian
bawah didaerah penis. Saluran kencing pada hipospadia terlalu
pendek sehingga muaranya tidak mencapai ujung penis melainkan bocor
dibagian tengah batang penis atau diantara kedua kantong buah zakar
(scrotum). Pada keadaan berat, lubang lebar terletak di daerah perineal
menyebabkan skrotum terbelah dan memberikan gambaran seperti lubang
vagina terutama pada bayi baru lahir. Apabila kelainan ini disertai
tidak turunnya testis ke dalam skrotum, maka dapat menimbulkan
kesulitan dalam menentukan jenis kelamin bayi
Jumlah penderita dengan alat kelamin bermasalah di
Semarang makin meningkat, belakangan ini jumlah penderita yang datang
rata-rata 2 orang perminggu. Sejak tahun 1991 jumlah penderita yang
terdaftar pada laboratorium Sitogenetika Pusat Riset Biomedik FK Undip
Semarang untuk pemeriksaan kromosom (sebagai penentu jenis kelamin)
> 400 orang.
Fenomena ini belum tentu disebabkan oleh
meningkatnya prevalensi kasus ambiguitas seksual di Semarang. Mungkin
salah satu penyebabnya adalah keberhasilan operasi kelamin ganda di RS
Dr. Kariadi/ Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro sehingga
menggugah pasien atau keluarga dengan masalah ambiguitas seksual untuk
memeriksakan diri. Keadaan ini menunjukkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat meningkat untuk memanfaatkan fasilitas medis yang ada. Namun
masih memprihatinkan karena sebagian kasus ambiguitas seksual itu
terlambat untuk memeriksakan diri, yaitu saat anak itu sudah berusia di
atas 2 tahun bahkan sudah beranjak dewasa dengan pengasuhan gender
yang tidak sesuai..
Tim Penyesuaian Kelamin
Dengan Keputusan Men Kes RI No. 191/MENKES/SK/III/1989 tentang penunjukan
rumah sakit dan tim ahli sebagai tempat dan pelaksanaan operasi penyesuaian
kelamin maka pada tanggal 12 juni 1989 dibentuk Tim Pelaksana Operasi Penggantian Kelamin yang terdiri dari ahli bedah urologi, bedah plastik, ahli penyakit kandungan dan ginekologi, anestesiologi, ahli endokrinologi anak dan dewasa (internist), ahli genetika, andrologi, psikiater/psikolog; ahli patologi, ahli hukum, pemuka agama dan petugas sosial medik. Sejak tahun 2003 ada perubahan kebijakan dan nama tim yaitu dengan nama baru Tim Penyesuaian Kelamin yang hanya melakukan operasi penyesuaian kelamin untuk penderita interseksual (tidak pada penderita transeksual) yang membutuhkan penentuan jenis kelamin, perbaikan alat genital dan pengobatan. Semua kasus yang datang akan didata, diperiksa laboratorium rutin, analisis kromosom dan DNA, pemeriksaan hormonal dan test-test lain yang dianggap perlu seperti USG , foto ronsen dll. Kegiatan tim ini adalah melaksanakan pertemuan rutin secara multidisipliner antara seluruh anggota tim dengan penderita (yang telah selesai dengan pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis) untuk mendiskusikan penatalaksanaan, tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan termasuk pemberian konseling.
rumah sakit dan tim ahli sebagai tempat dan pelaksanaan operasi penyesuaian
kelamin maka pada tanggal 12 juni 1989 dibentuk Tim Pelaksana Operasi Penggantian Kelamin yang terdiri dari ahli bedah urologi, bedah plastik, ahli penyakit kandungan dan ginekologi, anestesiologi, ahli endokrinologi anak dan dewasa (internist), ahli genetika, andrologi, psikiater/psikolog; ahli patologi, ahli hukum, pemuka agama dan petugas sosial medik. Sejak tahun 2003 ada perubahan kebijakan dan nama tim yaitu dengan nama baru Tim Penyesuaian Kelamin yang hanya melakukan operasi penyesuaian kelamin untuk penderita interseksual (tidak pada penderita transeksual) yang membutuhkan penentuan jenis kelamin, perbaikan alat genital dan pengobatan. Semua kasus yang datang akan didata, diperiksa laboratorium rutin, analisis kromosom dan DNA, pemeriksaan hormonal dan test-test lain yang dianggap perlu seperti USG , foto ronsen dll. Kegiatan tim ini adalah melaksanakan pertemuan rutin secara multidisipliner antara seluruh anggota tim dengan penderita (yang telah selesai dengan pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis) untuk mendiskusikan penatalaksanaan, tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan termasuk pemberian konseling.
Kromosom Seks (penentu jenis kelamin)
Bagian terkecil tubuh adalah sel, di dalam sel
terdapat inti sel yang mengandung kromosom berjumlah 46. Laki-laki dan
wanita normal mempunyai jumlah kromosom yang sama, hanya penulisan
simbolnya tidak sama yaitu 46, XY untuk laki-laki dan 46, XX untuk
wanita. Simbol ini artinya laki-laki dan perempuan mempunyai jumlah
kromosom 46 dengan 44 kromosom bukan penanda kelamin (autosom) dan 2
kromosom seks (penanda kelamin) yaitu satu kromosom X dan Y pada
laki-laki dan sepasang kromosom X pada wanita. Di dalam kromosom
terdapat DNA yang merupakan bahan keturunan, yang akan memberikan
informasi genetik dalam bentuk kumpulan molekul DNA yang disebut gen.
Didalam kromosom seks terdapat gen-gen berfungsi memproduksi protein
ensim/ hormon yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Bila gen-gen ini
mengalami perubahan (mutasi) maka produksi protein akan mengalami
penyimpangan. Mutasi gen dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan DNA.
Pada keadaan normal, kromosom seks ditentukan oleh
persatuan kromosom X dan Y dari spermatosoa dan kromosom X dari ovum
pada saat konsepsi, sehingga menghasilkan 46,XY (pria) atau 46,XX
(wanita). Materi genetik yang terdapat pada kromosom Y berperan penting
dalam proses diferensiasi janin menjadi fenotip laki-laki. Sex-determining region of the human Y chromosome (SRY)
terdapat pada lengan pendek kromosom Y, merupakan gen yang mengkode
produk sangat esensial dalam perkembangan testis. Pada ketiadaan gen
SRY, ovarium akan mengalami perkembangan dilanjutkan dengan terbentuknya
rahim dan saluran indung telor.
Aspek Genetik Ambiguitas Seksual
Banyak pendapat yang menyatakan tentang
penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai interseksual.
Pengelompokan yang biasa dipakai adalah membagi interseksual menjadi male pseudohermaphroditism (hermaprodit semu laki-laki= maskulinisasi yang tidak sempurna pada individu dengan genetik pria), female pseudohermaphroditism (hermaprodit semu perempuan= maskulinisasi pada individu dengan genetik wanita.) dan true hermaphrodite (hermaprodit yang sebenarnya). Interseksual juga termasuk pada kasus dengan pertumbuhan gonad yang salah (Disgenesis Gonad)
yang dapat diperiksa berdasarkan hasil analisis kromosom (kariotip)
dan gambaran mikroskopis jaringan gonad (testis), gangguan pertumbuhan
ini dapat berupa disgenesis gonad sebagian (partial) atau keseluruhan (complete).
Umumnya invidu yang menderita disgenesis gonad sebagian, memiliki
derajat ambiguitas genital yang bervariasi, tergantung pada jumlah
jaringan testis fungsional yang ada. Kadang-kadang kita temui anak-anak
yang mengalami disgenesis gonad dengan kromosom XY (laki-laki) namun
memiliki struktur alat genital perempuan walaupun kurang berkembang.
Pada disgenesis gonad mempunyai risiko tinggi untuk berubah menjadi
ganas, sehingga sering menimbulkan dilema dalam pengobatan apakah akan
mempertahankan gonad atau pengambilan gonad.
Hermaprodit semu laki-laki (Male Pseudohermaphroditism )
Adalah individu yang memiliki kromosom Y (kromosom
laki-laki) namun organ genitalia luarnya gagal bertumbuh menjadi alat
genital pria normal. Definisi ini masih terlalu luas dan didalam
praktek klinik masih dikelompokkan menjadi beberapa kelainan.
Ada beberapa jenis cacat hormon laki-laki yang
menimbulkan gejala hermaprodit semu laki-laki antara lain: yang paling
sering adalah Sindrom Resistensi Androgen atau Androgen Insensitivity Syndrome (AIS) atau Testicular Feminization Syndrome
Penyakit ini merupakan penampilan hermaprodit semu
laki-laki yang paling sering dijumpai di klinik. AIS merupakan kelompok
kelainan yang sangat heterogen yang disebabkan tidak atau kurang
tanggapnya reseptor androgen atau sel target terhadap rangsangan hormon
testosteron. AIS diturunkan melalui jalur perempuan (ibu), perempuan
adalah pembawa sifat yang menurunkan, penderita hanya pada laki-laki.
Kejadian AIS dalam satu keluarga adalah hal yang sering dijumpai tetapi
ternyata 1/3 kasus AIS tidak mempunyai riwayat keluarga yang positif.
AIS dapat terjadi dalam bentuk complete Androgen Insensitivity Syndrome (CAIS) atau incomplete/partial Androgen Insensitivity Syndrome (PAIS).
Penderita PAIS adalah laki-laki dengan kelainan alat
kelamin luar yang sangat bervariasi, kadang-kadang bahkan terdapat
pada beberapa pria normal yang tidak subur. Penderita PAIS mempunyai
penis yang kecil yang tampak seperti pembesaran clítoris, disertai
dengan hipospadia berat (jalan kencing bocor ditengah tidak melewati
penis) yang membelah skrotum sehingga tampak seperti lubang vagina.
Skrotum kadang tidak menggantung dengan testis umumnya berukuran normal
dan terletak pada abdomen, selakangan atau sudah turun kedalam
skrotum. Pada usia dewasa sering tumbuh payudara dan keluarnya jakun,
walaupun tidak disertai perubahan suara
Pada CAIS, penderita dengan penampilan seperti
perempuan normal, dengan alat kelamin luar seperti wanita, mempunyai
vagina yang lebih pendek dari normal,dan payudara akan tumbuh mulai
masa prepubetas dengan hasil pemeriksaan kromosom menunjukkan 46,XY
(sesuai kromosom pada laki-laki) dan kadar hormon testosteron normal
atau sedikit meningkat. Pada pemeriksaan fisik dan USG akan teraba atau
tampak 2 testis yang umumnya tidak berkembang dan terletak dalam
rongga perut atau selakangan, tanpa struktur alat genital dalam wanita.
Individu dengan CAIS sering menunjukkan gejala seperti hernia
inguinalis (hernia pada selakangan), oleh karena itu pada anak
perempuan prapubertas yang mengalami hernia inguinalis (benjolan pada
selakangan) dan gejala tidak menstruasi sejak lahir, perlu pemeriksaan
kromosom.
Female Pseudohermaphroditism
Merupakan istilah yang ditujukan bagi individu yang
memiliki indung telur dan kromosom 46,XX (kromosomperempuan) dengan
penampakan alat kelamin bagian luar yang ambigus. Sebab-sebab paling
umum dari kelainan ini adalah Congenital adrenal hyperplasia (CAH) yang
menyebabkan kekurangan/ ketidak hadiran ensim 21α-hidroksilase ,
11β-hidroksilase dan 3β-hidroksilase dehidrogenase.
Congenital adrenal hyperplasia (CAH)
merupakan penyebab terbesar kasus interseksual dan kelainan ini
diturunkan lewat ayah dan ibu yang sebagai pembawa separo sifat menurun
dan penderitanya bisa laki-laki dan perempuan yang mendapatkan kedua
paroan gen abnormal tersebut dari kedua orang tuanya.
Penyakit ini digolongkan menjadi tipe yang klasik
dan non klasik. Tipe yang klasik ini bisa menunjukkan gejala kehilangan
garam tubuh (natrium) sampai terjadi syok, sehingga sering meninggal
pada bulan pertama setelah lahir, sebelum diagnosis bisa ditegakkan.
Sedang yang tidak menununjukan gejala kekurangan garam bisa bertahan
hidup yaitu pada wanita disertai gejala maskulinisasi dan pada
laki-laki dengan gejala pubertas dini tanpa disertai gejala keraguan
alat kelamin sehingga laki-laki sering tidak datang berobat. Pada
pengalaman diklinik kenyataanya hampir tidak pernah tertangkap
penderita laki-laki. Penderita perempuan menunjukkan gejala pembesaran
kelentit (klitoris) yang mirip penis sejak lahir atau pada yang lebih
ringan akan muncul setelah lahir. Anak-anak penderita CAH akan tumbuh
cepat tapi kemudian pertumbuhan akan berhenti lebih awal, sehingga pada
keadaan dewasa mereka akan lebih pendek dari ukuran tinggi badan
normal. Pada tipe yang non klasik gejala muncul setelah 5-6 tahun
dengan maskulinisasi yang lebih ringan, pembesaran klitoris akan muncul
belakangan.
Maskulinisasi pada penderita CAH dengan genetik
wanita hanya mungkin terjadi akibat adanya hormon androgen ekstragonad
(dari luar gonad) yang dapat berasal dari endogen mau pun eksogen,
karena pada penderita ini tidak ditemukan testis yang merupakan
penghasil utama hormon androgen. Manifestasi klinik dari hormon
androgen yang berlebihan ini terbatas pada alat genital bagian luar dan
derajat berat-ringannya kelainan tergantung pada tahap pertumbuhan
seksual saat terjadinya paparan hormon androgen tersebut. Pada
penderita kelainan ini tidak akan ditemukan organ laki-laki bagian
dalam. Pada keadaan ringan sering munculnya pembesaran kelentit
(menjadi seperti penis) pada wanita setelah lahir, sehingga masyarakat
menganggap alat kelaminnya berubah dari wanita menjadi laki-laki.
Penyakit ini bisa diobati, untuk menghindari gejala yang lebih berat
pengobatan harus dilakukan sedini mungkin dan seumur hidup. Penapisan
pada bayi baru lahir seharusnya dilakukan di Indonesia karena
prevalensi penyakit ini cukup tinggi.
Paparan hormon androgen eksogen bisa disebabkan bahan
hormonal yang bersifat androgenik yang dikonsumsi ibu saat mengandung
janin wanita, misalnya preparat hormonal yang mengandung progestogen,
testosteron atau danazol. Berat ringannya kelainan alat genital janin
tergantung dari usia kehamilan, potensi, dosis serta lama pemakaian
obat. Paparan hormon androgen dan progestogen saat usia kehamilan 6-10
minggu dapat berakibat perlekatan pada bagian belakang vagina,
skrotalisasi labia dan pembesaran klitoris. Kelainan organ genitalia
yang disebabkan oleh paparan hormon androgen eksogen mempunyai ciri
khas yaitu proses maskulinisasi tidak berjalan progresif dan tidak
didapatkan kelainan biokimiawi.
True Hermaphroditism
Merupakan kelainan yang jarang dijumpai. Diagnosis True Hermaphroditism
ditegakkan apabila pada pemeriksaan jaringan secara mikroskopis
ditemukan gonad yang terdiri dari jaringan ovarium (perempuan) dan
testis (laki-laki). Kedua jaringan gonad tersebut masing-masing dapat
terpisah tetapi lebih sering ditemukan bersatu membentuk jaringan
ovotestis. Pada analisis kromosom 70% dari kasus yang dilaporkan
dijumpai 46,XX, sisanya dengan 46,XY, campuran kromosom laki dan
perempuan dengan kombinasi 46,XX/46,XY, 45,X/46,XY, 46,XX/47,XXY atau
46,XY/47,XXY.
Manifestasi klinik dan profil hormonal tergantung
pada jumlah jaringan gonad yang berfungsi. Jaringan ovarium sering kali
berfungsi normal namun sebagian besar infertil. Sekitar 2/3 dari total
kasus true hermaphrodite dibesarkan sebagai laki-laki. Meski pun demikian alat genital luar pada penderita kelainan ini biasanya ambigus atau
predominan wanita dan disertai pertumbuhan payudara saat pubertas.
Jaringan Gonad dapat ditemukan pada rongga perut, selakang atau lebih
kebawah pada daerah bibir kemaluan atau skrotum. Jaringan testis atau
ovotestis lebih sering tampak di sebelah kanan. Spermatozoa biasanya
tidak ditemukan. Sebaliknya oosit normal biasanya ada, bahkan pada
ovotestis. Jika pasien memilih jenis kelamin pria, rekontruksi genital
dan pemotongan gonad selektif menjadi indikasi. Jika jenis kelamin
wanita yang dipilih, tindakan bedah yang dilakukan akan menjadi lebih
sederhana..
Kesadaran tenaga medis dan pengaruh budaya di Indonesia
Kelamin ganda (interseksual) merupakan suatu
penyakit yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis yang masih
kurang diperhatikan baik oleh tenaga medis maupun masyarakat. Dalam
menghadapi kasus-kasus demikian, peran tenaga medis yang menolong
persalinan sangat penting untuk dapat melakukan penatalaksanaan yang
benar terhadap penderita interseks, karena dampak sosiopsikologis yang
dialami baik oleh penderita mau pun keluarganya relatif lebih berat
dibandingkan dengan cacat anggota tubuhnya.
Di negara-negara yang sudah berkembang, jika terjadi
kasus ketidakjelasan jenis kelamin maka bayi yang baru lahir tidak
akan diizinkan pulang sebelum ada diagnosis dan penentuan jenis kelamin
yang tepat yang biasanya pada langkah awal ditentukan dengan
pemeriksaan kromosom. Pemeriksaan kromosom untuk menentukan jenis
kelamin, apakah penderita mempunyai kromosom XY (laki-laki) atau XX
(perempuan).
Di Indonesia tidak demikian halnya, bayi bisa segera
pulang bersama ibunya dengan tanpa diagnosis yang pasti dan dengan
jenis kelamin pada surat kelahiran yang ditentukan dengan perkiraan dan
kompromi antara dokter dan orang tua bayi. Keputusan orang tua hanya
sepihak karena anak belum bisa diajak bicara dan biasanya jenis kelamin
perempuan lebih menjadi pilihan. Penentuan jenis kelamin ini merupakan
bentuk ke egoisan orang tua karena hanya untuk kepentingan dirinya
dalam menghadapi masyarakat kalau ditanya apa jenis kelamin puteranya
tanpa mempertimbangkan akibat dimasa akan datang. Orang tua mudah
menerima keputusan ini karena pihak rumah sakit/ penolong persalinan
tidak memberikan informasi mengenai diagnosis yang jelas dan tindakan
medis yang seharusnya segera diambil. Masalah akan muncul di kemudian
hari karena ketika alat genital anak tersebut mengalami perkembangan
testis mulai turun masuk kedalam skrotum dan terlihat seperti ada penis
dan vagina hingga timbul keadaan yang di masyarakat disebut dengan
kelamin ganda, keraguan akan jenis kelamin akan muncul baik dari pihak
orang tua maupun dari sanubari anak ketika menjadi dewasa. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium jenis kelamin anak bisa
ditentukan dan mungkin akan berbeda dengan jenis kelamin pilihan orang
tuanya.
Hambatan dan penanggulangan
Penyebab penyakit interseks sangat kompleks,
terbanyak oleh karena kelainan genetik, namun pengaruh lingkungan
terutama penggunaan obat-obat hormonal pada masa kehamilan merupakan
salah satu yang diduga. Paparan pada masa kehamilan yang mengakibatkan
ambiguitas seksual pada bayi perempuan dengan kromosom 46,XX
semestinya dipertimbangan dengan hati-hati pada ibu hamil, pemakaian
obat hormonal yang tidak terlalu perlu seharusnya dihindari.
Hambatan pada penanganan penyakit ini adalah sarana
penunjang diagnosis yang masih minimal dan mahal, pengetahuan dan
kesadaran yang kurang dari masyarakat dan tenaga medis baik dokter,
penolong persalinan maupun perawat kesehatan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan konseling genetika
untuk penyakit yang menurun, penggunaan obat dan lingkungan yang aman
pada awal kehamilan. Penanganan seharusnya dilakukan sedini mungkin
saat bayi baru lahir dengan secara multidisiplin. Bayi baru lahir
dengan kelainan alat kelamin harus ditentukan jenis kelaminnya agar
tidak terjadi salah pengasuhan dan gangguan psikologis dikemudian hari.
Surat keterangan kelahiran semestinya dibuat setelah jenis kelamin
dapat ditentukan. Tindakan operasi harus dilakukan dengan pertimbangan
yang sangat hati-hati atau bahkan penundaan sampai anak mencapai usia
dewasa. Penentuan jenis kelamin dan tindakan operasi koreksi tidak
hanya ditentukan secara sepihak oleh orang tua saja. Untuk menghindari
masalah medikolegal maka perlunya penyusunan standard baku nasional
untuk penanganan kelamin ganda yang diatur oleh Departemen Kesehatan.
Sumber : Prof. Dr. Sultana MH Faradz, PhD dan FakultasKedokteran Universitas Dipenegoro